Kamis, 03 Juni 2010

BUDAYA POLITIK

Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan, bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik.

Berikut ini adalah beberapa pengertian budaya politik yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk lebih memahami secara teoritis sebagai berikut :

a. Budaya politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan mitos. Kesemuanya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.

b. Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka, atau tertutup.

c. Hakikat dan ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip dasar yang melandasi suatu pandangan hidup yang berhubungan dengan masalah tujuan.

d. Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan), sikap terhadap mobilitas (mempertahankan status quo atau men­dorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan ekonomi atau politik).

Dengan pengertian budaya politik di atas, nampaknya membawa kita pada suatu pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu. Dengan orientasi yang bersifat individual ini, tidaklah berarti bahwa dalam memandang sistem politiknya kita menganggap masyarakat akan cenderung bergerak ke arah individualisme. Jauh dari anggapan yang demikian, pandangan ini melihat aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan akan adanya fenomena dalam masyarakat secara keseluruhan tidak dapat melepaskan diri dari orientasi individual.

Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli

Terdapat banyak sarjana ilmu politik yang telah mengkaji tema budaya politik, sehingga terdapat variasi konsep tentang budaya politik yang kita ketahui. Namun bila diamati dan dikaji lebih jauh, tentang derajat perbedaan konsep tersebut tidaklah begitu besar, sehingga tetap dalam satu pemahaman dan rambu-rambu yang sama. Berikut ini merupakan pengertian dari beberapa ahli ilmu politik tentang budaya politik.

a. Rusadi Sumintapura

Budaya politik tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.

b. Sidney Verba

Budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.

c. Alan R. Ball

Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.

d. Austin Ranney

Budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.

e. Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr.

Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas (dalam arti umum atau menurut para ahli), maka dapat ditarik beberapa batasan konseptual tentang budaya politik sebagai berikut :

Pertama : bahwa konsep budaya politik lebih mengedepankan aspek-aspek non-perilaku aktual berupa tindakan, tetapi lebih menekankan pada berbagai perilaku non-aktual seperti orientasi, sikap, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan. Hal inilah yang menyebabkan Gabriel A. Almond memandang bahwa budaya politik adalah dimensi psikologis dari sebuah sistem politik yang juga memiliki peranan penting berjalannya sebuah sistem politik.

BUDAYA POLITIK GORONTALO

Dengan reformasi semuanya telah berubah, Gorontalo menjadi sebuah provinsi baru dan Fadel Muhamad adalah sang gubenurnya yang dalam tulisan ini saya sebut sang maestro dengan sebuah kota dan empat kabupaten serta anggaran belanja tahunan hampir 2 triliun rupiah. Tentunya perubahan ini membawa implikasi yang serius dalam perilaku dan pranata sosial masyarakat gorontalo wabil khusus dapat kita temukan diwilayah-wilayah perkotaan gorontalo.
Momentum perubahan gorontalo harus dikenali sebagai given dari proses politik yang disebut reformasi, bukan sebagai usaha dari orang perorang atau kelompok tertentu saja, kenapa hal ini perlu disampaikan karena telah terjadi upaya pengkaburan fakta demi sebuah mengangkat citra poltik kelompok atau orang perorang yang mengklaim sebagai penyelamat gorontalo

Bukankah arus kuat dana pusat kedaerah karena sebuah proses politk yang menghendaki desentralisasi kewenangan pengelolaaan keuangan Negara yang jumlahnya ditentukan dengan variable-variable yang ditentukan pemerintah pusat?

Perubahan sebuah kota dan kabupaten yang tertinggal menjadi provinsi ini kemudian dimanfaatkan untuk membangun citra yang katanya karena lobby seseorang atau bahkan pengkulutusan sang maestro dan menegasi pikiran atau pendapat yang menyampaikan sebuah fakta dan kebenaran. Dan upaya pengkultusan menjadi sah dan legal karena dibenarkan oleh lembaga- lembaga resmi yang dikuasai sang maesto yaitu, Birokrasi, Partai-partai politk, dan sebagian kecil teman-teman media yang sedikit fragmatis.

Dominasi ini menjadi subur ditengah masyarakat kita yang masih sangat patenalistik, yaitu dengan memberikan dukungan kepada sang maestro maka rasa takut bawahan digantikan oleh sedikit harapan-harapan yang diberikan baik berupa keaman karir, perlindungan politik dan distribusi ekonomi berupa paket proyek yang dikuasai oleh sang maestro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar